2.
LANDASAN
TEORI
Dividen berasal dari bahasa Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk
dibagi. Berikut beberapa pemaparan mengenai pengertian dividen:
1.
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia
dividen diartikan sejumlah uang sebagai hasil keuntungan yang dibayarkan kepada
pemegang saham (dalam suatu perseroan).
2. Menurut
Darmaji (2001: 9) dividen adalah pembagian keuntungan yang dihasilkan
perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.
3. Menurut
Husnan (2005) dividen adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan dan tersedia
bagi pemegang saham.
Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan laba yang
diperoleh perusahaan atas kinerja perusahaan yang akan dibagikan kepada para
investor sebanding dengan saham yang dimiliki.
Terdapat beberapa tanggal yang perlu diperhatikan dalam
pembagian dividen dari perusahaan, menurut Brigham & Houston (2011) adalah:
1. Tanggal Pengumuman (Declaration
Date)
Yaitu
tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman
pembagian dividen.
2. Tanggal Cum Dividen (Cum Dividend
Date)
Merupakan
tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk
mendapatkan dividen, baik dividen tunai maupun dividen saham. Cum
berasal dalam bahasa Lain yang berarti "dengan" (dividen). Jadi, cum date
adalah batas tanggal yang menentukan investor-investor yang berhak untuk
memperoleh dividen. Artinya, hanya investor yang tercatat memiliki saham
tersebut sampai dengan tanggal cum date yang berhak memperoleh dividen.
3. Tanggal
Ex. Dividen (Ex. Dividend Date)
Tanggal pada saat
hak atas dividen perioda berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, jangka
waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham.
4. Tanggal Pencatatan Dalam Daftar
Pemegang Saham (Date of Record)
Tanggal
dimana seorang investor harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan
publik atau emiten sehingga ia mempunyai hak yang diperuntukkan bagi pemegang
saham.
5. Tanggal
Pembayaran (Payment Date)
Tanggal
dimana pemegang saham dapat mengambil dividen sesuai dengan jumlah dividen yang
diumumkan oleh emiten.
Prosedur pembagian dividen tersebut mengakibatkan adanya
perbedaan respon investor dalam bertransaksi di pasar modal. Hal ini dapat
diindikasikan dengan bervariasinya harga saham dari declaration date sampai setelah ex-dividend
date.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa dividen
adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham
sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki.
Dividen akan dibagikan kepada pemegang saham apabila perusahaan
telah memiliki cukup dana untuk membagikan dividen tersebut dan apabila dewan
direksi menganggap layak untuk perusahaan mengumumkan dividen. Dividen
pembagiannya ditentukan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan jenis
pembayarannya tergantung kebijakan pimpinan.
Brigham dan Houston (2011) menyebutkan ada tiga teori dari
preferensi investor, yaitu:
1. Dividend Irrelevance Theory
Dividend
irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan
bahwa kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh baik terhadap nilai perusahaan
maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Franco Modigliani dan
Merton Miller (1961), yang kemudian dikenal dengan teori MM. Teori MM
berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba, bukan bagaimana laba tersebut dibagi antara dividen dan laba
ditahan, sehingga kebijakan dividen tidak relevan untuk dipersoalkan. Teori MM
menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio (DPR) tetapi
ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Sebagian
besar kontroversi mengenai isu dividen didasarkan pada ketidaksamaan pandangan
antara komunitas akademik dan professional. Beberapa praktisi yang
berpengalaman menganggap perubahan saham dihasilkan oleh pengumuman dividen dan
karenanya menganggap dividen penting. Sebagian besar dari komunitas akademik
yang mendebat bahwa dividen tidak relevan menganggap kebingungan ini berawal
dari masalah ketidakhati-hatian dalam mendefinisikan apa yang dimaksud dengan
kebijakan dividen.
Untuk
membuktikan teorinya, Modigliani dan Miller mengemukakan berbagai asumsi
sebagai berikut:
a. Tidak
ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan.
b. Tidak
ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi.
c. Kebijakan
penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividend payout ratio.
d. Investor
dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa
yang akan datang.
e. Distribusi
pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap
tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor.
Jika perusahaan
membagikan dividen, maka perusahaan harus mengeluarkan saham baru untuk
mengganti pembayaran dividen tersebut sehingga harga saham akan turun akibat
penjualan saham baru. Penurunan harga saham sebanding dengan jumlah dividen
yang dibagikan.
2. Bird in the Hand Theory
Menurut Gordon dan Litner (1956), dividen
lebih disukai oleh pemegang saham karena risikonya lebih rendah dibandingkan
dengan capital gain. Hal tersebut
dikarenakan investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa
pembayaran dividen daripada menunggu capital
gain karena dividen diterima saat ini,sedangkan capital gain diterima di masa mendatang. Pembayaran dividen dapat
mengurangi risiko sehingga dapat mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan
pemegang saham. MM menyebut pendapat ini sebagai Bird in the Hand Fallacy. Gordon dan Litner beranggapan bahwa “satu
burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara”. Sedangkan MM
berpendapat bahwa tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan
kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki risiko yang
sama.
3. Tax Preference Theory
Tax
Preference Theory berkaitan dengan dampak pajak yang harus
ditanggung oleh para pemegang saham. Teori ini diajukan oleh Lifzenberger dan
Ramaswamy. Teori ini berdasarkan pada perbedaan perlakuan pajak antara capital gain dan dividen, sehingga
investor lebih menyukai capital gain karena
dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu
tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield yang lebih tinggi, capital gain yield yang rendah daripada
saham dengan dividend yield rendah, capital gain tinggi.
Bila capital gain dikenakan pajak
dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki
pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital
gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka
keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas
dividen karena pajak atas capital gain masih lebih baik dibanding dengan pajak atas dividen, karena pajak atas
capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak
atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen.
Teori-teori yang
digunakan untuk menjelaskan bahwa dividen digunakan sebagai signaling mengenai prospek perusahaan di
masa yang akan datang adalah:
1.
Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen seharusnya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen tertentu sehingga akan menarik segmen
tertentu. Kelompok (clientele) pemegang
saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan
dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan saat
ini seperti individu yang sudah pensiun tentunya menginginkan dividen yang
tinggi. Sebaliknya investor yang tidak membutuhkan dana saat ini lebih senang
bila perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan untuk
diinvestasikan kembali. Kelompok lainnya berkaitan dengan perbedaan pajak yang
dikenalkan. Bila terdapat perbedaan pajak, bagi kelompok pemegang saham yang
dikenai tarif pajak rendah tentunya lebih menginginkan dividen yang tinggi,
sedangkan bagi kelompok pemegang saham dengan tarif pajak yang tinggi umumnya
lebih menyukai capital gain karena
dapat menunda pembayaran pajak dan lebih senang jika perusahaan membagi dividen
yang kecil.
2. Signaling Hypothesis
Pembayaran dividen seringkali diikuti dengan kenaikan harga
saham sedangkan penurunan dividen akan diikuti oleh penurunan harga saham.
Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun.
Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai
dividen daripada capital gains. Signaling
Hypothesis mulai berkembang pada akhir tahun 1970-an di Amerika. Ide dasar
dalam model ini adalah bahwa perusahaan melakukan penyesuaian dividen untuk
menunjukkan sinyal akan prospek perusahaan. Yang membuat hipotesis ini kompleks
adalah kenyataan bahwa dividen yang meningkat oleh suatu perusahaan dapat
diterjemahkan sebagai sinyal positif, namun dapat pula diartikan sebagai sinyal
negatif.
Tetapi MM dalam Agus Sartono (2001) berpendapat bahwa hal ini
terjadi karena perusahaan cenderung enggan menurunkan tingkat dividen mereka,
sehingga perusahaan hanya akan meningkatkan dividen jika prospek keuntungan di
masa mendatang lebih baik atau paling tidak stabil. Sehingga hanya untuk
peramalan suatu keuntungan penghasilan di masa mendatang. Sebaliknya, suatu
penurunan dividen atau kenaikan dividen yang berada di bawah kenaikan normal
(biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi
masa sulit di masa mendatang. MM menegaskan bahwa reaksi investor terhadap
perubahan dalam pembagian dividen tidak menunjukkan bahwa investor lebih suka
dividen daripada laba yang ditahan, perubahan harga saham hanya menunjukkan
bahwa informasi penting terkandung di dalam pengumuman dividen.
3.
Residual
theory
Dalam Residual
theory, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi
yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan
merupakan sisa setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai.
Teori yang berhubungan
dengan jurnal adalah:
1.
Asymmetric
information theory
Asymmetric
information atau ketidaksamaan informasi adalah
situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik)
mengenai kondisi atau prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor (Brigham
dan Houston, 2011).
Menurut
Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi, yaitu:
a.
Adverse
selection, yaitu bahwa para manajer serta
orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan
prospek perusahaan dibanding investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat
mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak
disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
b.
Moral
hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer tidak seluruhnya diketahui pemegang saham maupun pemberi pinjaman.
Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham
yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma tidak layak
dilakukan.
Dividend Initiation
Perusahaan yang sebelumnya tidak membayar
dividen, lalu membayar dividen pertama kalinya membuat perubahan kebijakan
dividen yang sangat jelas dan penting. Pembayaran dividen tersebut adalah alat
komunikasi perusahaan kepada pasar mengenai kondisi kesehatan ekonomi perusahaan.
Manajer perusahaan tidak akan membayar dividen bila mereka tidak yakin mengenai
eprtumbuhan laba dan arus kas perusahaan di masa datang (Bukit dan Jogiyanto,
2000).
Pengumuman inisiasi dividen dapat
memberikan sinyal positif terhadap harga saham karena pengumuman mengisyaratkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa datang.
Omission Dividend
Pasar menganggap penurunan dividen sebagai
sinyal penurunan kinerja perusahaan saat ini maupun prospeknya di masa datang.
Perusahaan yang sebelumnya membayar dividen, lalu menghapus dividen pertama
kalinya membuat perubahan kebijakan dividen yang jelas dan penting. Pasar
bereaksi negative terhadap perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya
(Bukit dan Jogiyanto, 2000).
Besarnya reaksi jangka pendek untuk
perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya (reaksi negatif) lebih besar
dibanding dengan perusahaan yang membayar dividen pertama kalinya (rekasi
positif)
Review didasarkan pada
signaling theory karena teori ini
relevan untuk dijadikan kerangka teori dalam review yang menguji reaksi pasar dalam pengumuman dividend initation dan omission. Teori ini menyatakan bahwa
dividen membawa sinyal yang berarti dan dapat mempengaruhi keyakinan investor
yang tercermin dalam perubahan harga saham.
Berdasarkan pada tinjauan teoritis dan hasil penelitian
empiris, maka penulis tertarik untuk mereview jurnal mengenai Reaksi Pasar
Terhadap Pengumuman Dividend Initiation dan
Dividend Omition.
Thanks teorinya, mau baca buku mager bener...
ReplyDeletebisa di cantumkan ngga sumber-sumbernya sis?
ReplyDelete