Tuesday, December 18, 2012

REAKSI PASAR TERHADAP PENGUMUMAN DIVIDEND INITIATION DAN DIVIDEND OMISSION


2.      LANDASAN TEORI

Dividen berasal dari bahasa Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk dibagi. Berikut beberapa pemaparan mengenai pengertian dividen:
1.      Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia dividen diartikan sejumlah uang sebagai hasil keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang saham (dalam suatu perseroan).
2.      Menurut Darmaji (2001: 9) dividen adalah pembagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.
3.      Menurut Husnan (2005) dividen adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan laba yang diperoleh perusahaan atas kinerja perusahaan yang akan dibagikan kepada para investor sebanding dengan saham yang dimiliki.
      Terdapat beberapa tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembagian dividen dari perusahaan, menurut Brigham & Houston (2011) adalah:
1.      Tanggal Pengumuman (Declaration Date)
      Yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen.
2.      Tanggal Cum Dividen (Cum Dividend Date)
      Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen, baik dividen tunai maupun dividen saham. Cum berasal dalam bahasa Lain yang berarti "dengan" (dividen). Jadi, cum date adalah batas tanggal yang menentukan investor-investor yang berhak untuk memperoleh dividen. Artinya, hanya investor yang tercatat memiliki saham tersebut sampai dengan tanggal cum date yang berhak memperoleh dividen.
3.      Tanggal Ex. Dividen (Ex. Dividend Date)
      Tanggal pada saat hak atas dividen perioda berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, jangka waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham.
4.      Tanggal Pencatatan Dalam Daftar Pemegang Saham (Date of Record)
      Tanggal dimana seorang investor harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik atau emiten sehingga ia mempunyai hak yang diperuntukkan bagi pemegang saham.
5.      Tanggal Pembayaran (Payment Date)
      Tanggal dimana pemegang saham dapat mengambil dividen sesuai dengan jumlah dividen yang diumumkan oleh emiten.

      Prosedur pembagian dividen tersebut mengakibatkan adanya perbedaan respon investor dalam bertransaksi di pasar modal. Hal ini dapat diindikasikan dengan bervariasinya harga saham dari declaration date sampai setelah ex-dividend date.
      Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa dividen adalah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki.
      Dividen akan dibagikan kepada pemegang saham apabila perusahaan telah memiliki cukup dana untuk membagikan dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak untuk perusahaan mengumumkan dividen. Dividen pembagiannya ditentukan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan jenis pembayarannya tergantung kebijakan pimpinan.
      Brigham dan Houston (2011) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor, yaitu:
1.      Dividend Irrelevance Theory
      Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak memiliki pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Franco Modigliani dan Merton Miller (1961), yang kemudian dikenal dengan teori MM. Teori MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba, bukan bagaimana laba tersebut dibagi antara dividen dan laba ditahan, sehingga kebijakan dividen tidak relevan untuk dipersoalkan. Teori MM menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Sebagian besar kontroversi mengenai isu dividen didasarkan pada ketidaksamaan pandangan antara komunitas akademik dan professional. Beberapa praktisi yang berpengalaman menganggap perubahan saham dihasilkan oleh pengumuman dividen dan karenanya menganggap dividen penting. Sebagian besar dari komunitas akademik yang mendebat bahwa dividen tidak relevan menganggap kebingungan ini berawal dari masalah ketidakhati-hatian dalam mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen.
Untuk membuktikan teorinya, Modigliani dan Miller mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut:
a.       Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan.
b.      Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi.
c.       Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividend payout ratio.
d.      Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa yang akan datang.
e.       Distribusi pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor.
Jika perusahaan membagikan dividen, maka perusahaan harus mengeluarkan saham baru untuk mengganti pembayaran dividen tersebut sehingga harga saham akan turun akibat penjualan saham baru. Penurunan harga saham sebanding dengan jumlah dividen yang dibagikan.
2.      Bird in the Hand Theory
      Menurut Gordon dan Litner (1956), dividen lebih disukai oleh pemegang saham karena risikonya lebih rendah dibandingkan dengan capital gain. Hal tersebut dikarenakan investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain karena dividen diterima saat ini,sedangkan capital gain diterima di masa mendatang. Pembayaran dividen dapat mengurangi risiko sehingga dapat mengurangi tingkat keuntungan yang disyaratkan pemegang saham. MM menyebut pendapat ini sebagai Bird in the Hand Fallacy. Gordon dan Litner beranggapan bahwa “satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara”. Sedangkan MM berpendapat bahwa tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki risiko yang sama.
3.      Tax Preference Theory
      Tax Preference Theory berkaitan dengan dampak pajak yang harus ditanggung oleh para pemegang saham. Teori ini diajukan oleh Lifzenberger dan Ramaswamy. Teori ini berdasarkan pada perbedaan perlakuan pajak antara capital gain dan dividen, sehingga investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield yang lebih tinggi, capital gain yield yang rendah daripada saham dengan dividend yield rendah, capital gain tinggi.
      Bila capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas dividen karena pajak atas capital gain masih lebih baik dibanding dengan pajak atas dividen, karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen.

Teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan bahwa dividen digunakan sebagai signaling mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah:
1.      Clientele Effect
      Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen tertentu sehingga akan menarik segmen tertentu. Kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan saat ini seperti individu yang sudah pensiun tentunya menginginkan dividen yang tinggi. Sebaliknya investor yang tidak membutuhkan dana saat ini lebih senang bila perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan untuk diinvestasikan kembali. Kelompok lainnya berkaitan dengan perbedaan pajak yang dikenalkan. Bila terdapat perbedaan pajak, bagi kelompok pemegang saham yang dikenai tarif pajak rendah tentunya lebih menginginkan dividen yang tinggi, sedangkan bagi kelompok pemegang saham dengan tarif pajak yang tinggi umumnya lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak dan lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil.
2.      Signaling Hypothesis
      Pembayaran dividen seringkali diikuti dengan kenaikan harga saham sedangkan penurunan dividen akan diikuti oleh penurunan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gains. Signaling Hypothesis mulai berkembang pada akhir tahun 1970-an di Amerika. Ide dasar dalam model ini adalah bahwa perusahaan melakukan penyesuaian dividen untuk menunjukkan sinyal akan prospek perusahaan. Yang membuat hipotesis ini kompleks adalah kenyataan bahwa dividen yang meningkat oleh suatu perusahaan dapat diterjemahkan sebagai sinyal positif, namun dapat pula diartikan sebagai sinyal negatif.
      Tetapi MM dalam Agus Sartono (2001) berpendapat bahwa hal ini terjadi karena perusahaan cenderung enggan menurunkan tingkat dividen mereka, sehingga perusahaan hanya akan meningkatkan dividen jika prospek keuntungan di masa mendatang lebih baik atau paling tidak stabil. Sehingga hanya untuk peramalan suatu keuntungan penghasilan di masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang berada di bawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di masa mendatang. MM menegaskan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dalam pembagian dividen tidak menunjukkan bahwa investor lebih suka dividen daripada laba yang ditahan, perubahan harga saham hanya menunjukkan bahwa informasi penting terkandung di dalam pengumuman dividen.
3.      Residual theory
      Dalam Residual theory, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan sisa setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai.
Teori yang berhubungan dengan jurnal adalah:
1.      Asymmetric information theory
      Asymmetric information atau ketidaksamaan informasi adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai kondisi atau prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor (Brigham dan Houston, 2011).
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi, yaitu:
a.       Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibanding investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
b.      Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma tidak layak dilakukan.
Dividend Initiation
      Perusahaan yang sebelumnya tidak membayar dividen, lalu membayar dividen pertama kalinya membuat perubahan kebijakan dividen yang sangat jelas dan penting. Pembayaran dividen tersebut adalah alat komunikasi perusahaan kepada pasar mengenai kondisi kesehatan ekonomi perusahaan. Manajer perusahaan tidak akan membayar dividen bila mereka tidak yakin mengenai eprtumbuhan laba dan arus kas perusahaan di masa datang (Bukit dan Jogiyanto, 2000).
      Pengumuman inisiasi dividen dapat memberikan sinyal positif terhadap harga saham karena pengumuman mengisyaratkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa datang.
Omission Dividend
      Pasar menganggap penurunan dividen sebagai sinyal penurunan kinerja perusahaan saat ini maupun prospeknya di masa datang. Perusahaan yang sebelumnya membayar dividen, lalu menghapus dividen pertama kalinya membuat perubahan kebijakan dividen yang jelas dan penting. Pasar bereaksi negative terhadap perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya (Bukit dan Jogiyanto, 2000).
      Besarnya reaksi jangka pendek untuk perusahaan yang menghapus dividen pertama kalinya (reaksi negatif) lebih besar dibanding dengan perusahaan yang membayar dividen pertama kalinya (rekasi positif)

      Review didasarkan pada signaling theory karena teori ini relevan untuk dijadikan kerangka teori dalam review yang menguji reaksi pasar dalam pengumuman dividend initation dan omission. Teori ini menyatakan bahwa dividen membawa sinyal yang berarti dan dapat mempengaruhi keyakinan investor yang tercermin dalam perubahan harga saham.
      Berdasarkan pada tinjauan teoritis dan hasil penelitian empiris, maka penulis tertarik untuk mereview jurnal mengenai Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Dividend Initiation dan Dividend Omition.

2 comments: